Tuesday, April 16, 2013

Pekerja Nasional

Negaraku adalah Negara yang telah merdeka selama 68 tahun. Dengan bangga kami menyebut Negara kami dengan sebutan Negara Indonesia. Negara Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau, kemudian juga memiliki jumlah penduduk terbesar ke-empat didunia. Kami bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan golongan, agama, ras dan budaya yang berbeda. Dengan luas wilayah yang begitu besar, Indonesia kaya akan sumber daya alamnya, baik hayati maupun non hayati. Ini dapat kita lihat dari sejarah Indonesia yang dijajah oleh Negara Bendera Oranye karena ingin menguasai rempah-rempah kita. Dan meskipun sekarang negara kita tidak lagi dijajah, secara tidak langsung kekayaan alam yang terkandung di ibu pertiwi ini telah dikuasai oleh para pengusaha asing. Penguasaan kekayaan alama yang dikuasai oleh pihak asing, bukankah sama saja kita dijajah secara tidak langsung.

Kawan, masihkah kalian ingat apa yang telah dikatakan oleh Bapak Soekarno dahulu mengenai penjajahan? Saya diingatkan oleh Mbah Thin, seorang pejuang. Beliau dapat dikatakan seperti nenek saya sendiri (bukan nene kandung.red) Terakhir ketika saya berbincang dengan beliau, beliau secara tersirat mengingatkan saya dengan kata bijak dari Bapak Negara kita yang pertama dahulu yaitu "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuangmu akan lebih sulit, karena melawan bangsamu sendiri"













Ya.., coba kita refleksikan sebentar wejangan dari Bapak Soekarno, bukankah itu memang kenyataan dan sangat benar?! Meskipun Negara kita negara yang besar, kaya akan palawijanya, kaya akan sumber alamnya, semuanya dikuasai oleh pemodal, terutama pemodal asing. Kita hanya dijadikan sebagai buruhnya saja, itupun jika kita diperkerjakan dan diberi hak yang setara dengan kewajiban yang telah kita lakukan. Tapi dalam prakteknya tidak.




Salah satu contohnya, foto dikiri ini, penambang belerang ini dalam sehari hanya diperbolehkan untuk menambang dua kali. Dalam sekali ia menambang, dapat memikul 60-100 kg. Namun, harga 1 kgnya hanya dihargai 600-800 rupiah. Apakah itu setimpal? Ia harus menghirup asap belerang setiap harinya, beban berat yang membuat pundaknya sakit, belum lagi resiko kecelakaan pada saat memikul belerang.




Nasib yang tidak jauh berbeda dengan nenek ini, ia menggais bawang dari tumpukan sisa kulit bawang untuk mendapat bawang agar dijual kembali. Baginya jika dapat menjual bawang-bawang sisa dengan harga 1000 rupiah merupakan mukjijat tersendiri. Seribu sangat berarti bagi nenek ini agar dapat bertahan hidup untuk sehari-harinya.






Bapak ini, seorang pemulung. Ia mengumpulkan barang-barang bekas yang kemudian dijual kembali. Setiap harinya ia mulai mengumpulkan barang di saat kita masih tertidur lelap, hingga kita bangun dan tidur lagi iapun masih berusaha untuk mencari barang bekas. Hasil yang diperoleh dari penjualan barang bekas kepada tengkulak, tidaklah seberapa. Itupun tergantung dari jenis barang bekas yang akan dijual. Foto disamping ini, ketika ia sedang istirahat sejenak dari rutinitasnya mengumpulkan barang berkas.





Anak ini tertidur, ketika ia menunggu bapaknya untuk mendapatkan penumpang. Ketika anak seusianya sedang belajar, bermain, bercanda-ria bersama kawan-kawannya. Ia menemani sang Bapak yang tukang becak, untuk mencari sesuap nasi. Ketika sang Bapak telah mendapatkan penumpang, maka ia akan duduk di setir becak.
Dengan adanya berbagai macam alat transportasi yang modern sekarang ini, orang telah jarang menggunakan becak. Sehingga penghasilan setiap harinya tidaklah menentu. Bukan itu saja, jauh atau dekatnya jarak yang dituju oleh penumpang mempengaruhi penghasilan si Pak Becak ini.




Potret buram diatas, merupakan segelintir contoh kemiskinan di Negeri kita yang tercinta ini. Negara kita yang kaya akan sumber daya alamnya, yang seharusnya ditujuhkan untuk menyejahterahkan rakyatnya dimanakah bukti dan hasilnya?
Namun, yang patut kita banggakan dari segelintir contoh diatas adalah mereka tetap berusaha untuk menjalani kehidupan sehari-harinya dengan rasa syukur, denga senyuman dan tulus. Namun, sampai kapankah bangsa kita yang telah 68 tahun merdeka ini, terjajah oleh kemiskinan? Mungkin jawaban yang tepat hanyalah "Tanyalah pada rumput yang bergoyang'

 




No comments:

Post a Comment